Rahasia di Balik Larangan Menelepon di Pesawat

Menelepon secara seluler di pesawat masih merupakan sebuah kontroversi. Ada yang bilang sebenarnya tidak berpengaruh terhadap keamanan penerbangan. Oleh karenanya mulai banyak maskapai internasional yang mengijinkannya bahkan menyediakan layanannya di “board”. Tentu mereka sudah menguji kelaikannya dan nama-nama besar maskapai tersebut mau tak mau memberikan jaminan di depan.

Namun tak kalah banyak yang bilang benar-benar bisa mengganggu navigasi atau sistem komunikasi. Argumen yang ini memang harus dihormati dan dijunjung tinggi. Dalam moda transportasi yang berisiko tinggi seperti pesawat terbang, soal keamanan adalah zero tolerance. Dan selama maskapai yang kita naiki tidak seyakin maskapai internasional yang mem-provide layanan telepon seluler/satelit, maka wajib hukumnya untuk mengikuti aturan main itu. Siapa tahu mereka memang mengalami masalah berat dalam soal interferensi peranti eletronik dan belum menemukan solusinya.

Hanya saja, praktiknya tidak semulus itu. Larangan menggunakan ponsel di dalam penerbangan banyak dilanggar atau terlanggar karena berbagai alasan. Pagi ini saya melakukan pelanggaran secara tidak sengaja terhadap aturan itu dalam pesawat antara Jogja-Jakarta. Dalam tuntutan profesi yang sedang menjuri puluhan ponsel untuk diberi penghargaan, saya membawa 6 ponsel. Tiga di antaranya ada di dalam “anakan-anakan” alias kantong-kantong kecil tas yang saya taruh di kabin. Nah, bisa diduga, ponsel-ponsel yang di tas ini lupa saya matikeun.

Hasilnya? Yang jelas pesawat tidak kenapa-napa, dan saya bisa ngeblog malem ini 🙂

Hanya saja, sampai di Jakarta, dua ponsel di antaranya mati terkuras baterainya. Satu ponsel baterainya tiris. Saya memang tidak ngeh secara persis brapa bar satuan baterai yang tersisa pada waktu pesawat mulai mengudara. Tapi yang jelas, tanpa ada aktivitas bertelepon pun baterai terkuras sia-sia.

Jadi, di balik larangan mengaktifkan ponsel di udara, selain potensi mengancam nasib puluhan jiwa, juga ternyata merugikan diri sendiri. Lha wong ponsel juga ga dapet sinyal di altitude setinggi itu. Malah saking berusaha keras mencari sinyal (yang bukan tabloid) tenaganya jadi terkuras dan bisa tepar dalam waktu singkat.

8 Responses

  1. Wah bisa repot itu.

    Semisal pesawat mendarat darurat di pedalaman gara-gara navigasi terganggu sinyal hape; DAN waktu mau nelpon cari bantuan… batre hapenya abis…

    Seperti jatuh dan tertimpa tangga 😀

  2. mungkin yang bisa mengganggu itu waktu masa masa terbang rendah. baik itu landing atau take off.
    waktu itu kan sinyal masih dapet..
    nah, itu yang bahaya mungkin, kalo tiba tiba ada telpon..
    tapi entah juga 😐
    bukannya frekuensi nya beda ya? 😐

    harus nanya siapa ini enaknya?

  3. Saya udah tanya Redaktur Ahli kami yang kebetulan juga seorang penerbang. Katanya sih emang kaga ngaruh. Tapi kata Bondan Winarno (yup, host WIsata Kuliner) yang juga seorang penerbang, ada bahayanya. Tapi waktu itu dia menulis untuk advertorial Garuda Indonesia sih..
    Jadi? Posisi saya sih, menganjurkan sikap hati-hati dengan mematikan saja. Meski buat pengguna PDA kaya Jeung Tika harusnya cukup mengaktifkan flight-mode sahaja. Tapi kan pramugari/a kadang ga ngeh kalo dengan begitu henpon udah mati. Ini pernah saya tulis di https://tukangsinyal.wordpress.com/2007/04/13/flight-mode/. Bahkan, di SQ, baru nongolin PDA buat di-flight mode aja udah disamperin, dikasih kesempatan keluar board kalo masih mau berurusan dengan henpon itu(h)..

  4. di batam, sekarang sedang heboh ada sms yg bisa mematikan pengunanya. mohon di cek informasi tersebut bener gak sih ! katanya udah ada yg mati ketika jawab panggilan msuk ke hape dengan warnah merah tersebut !

  5. Memang hari ini berita itu sedang heboh. Meski belum cek ke situs-situs hoax, namun pola penyebaran infonya kok seperti hoax yak.. Saya juga trima forwardan lewat YM yang isinya seperti ini (yang saya yakini sebagai hoax alias kabar bohong):

    Mengenai “Ring In Red” yg terjadi di banyak negara, KepDik WHO “Prof.Dr.Adi Mok” tlah menyatakan bahwa kejadian tersebut bukan ilmu hitam. Tapi radiasi infra merah yg sengaja dipancarkan secara berlebihan ke HP no dituju, yg memang benar dapat menyebabkan penerima tewas beberapa saat setelah mendengar telpon. Walaupun tdk dijawab, hp yg terletak dekat jg berbahaya, dapat menimbulkan penyakit perlahan seperti kanker. Sebaiknya kurangi pengaktifan/ pemakaian Hp sampai dinyatakan aman kembali oleh WHO dan hari ini jam 10 pagi diharapkan waspada karena Infra Merah akan disebarkan!!!! ini berita terbang tentang Virus HP, penting untuk dibahas. Tolong sampaikan kepada kawan2

  6. Saya setuju dengan paragraph:
    Dalam moda transportasi yang berisiko tinggi seperti pesawat terbang, soal keamanan adalah zero tolerance. Dan selama maskapai yang kita naiki tidak seyakin maskapai internasional yang mem-provide layanan telepon seluler/satelit, maka wajib hukumnya untuk mengikuti aturan main itu

    Mengapa mengambil resiko setinggi itu untuk kepentingan dengan tingkat yang sangat rendah, bahkan bisa ditunda (sekedar menelpon)

  7. apakah benar sinyal infra merah dapat mematikan??????

  8. La wong gk hidupin hp aja pesawat bisa kesasar, apalagi bila ada hp yang hidup di cabin, bisa bisa pesawat bisa “nyangkut” di tiang BTS, he he di coba aja

Leave a reply to -tikabanget- Cancel reply