Geliat Asia Pasifik

Kita sedang memasuki era keterhubungan yang menghapuskan jarak, lokasi, dan waktu. Terakhir kita menyaksikan perubahan mendasar seperti itu adalah ketika GSM hadir dengan Eropa sebagai pemimpinnya pada awal 90-an. Kini, Asia Pacific, termasuk Cina, menjadi pusat perhatian karena mengambil-alih kepemimpinan penguasaan pertumbuhan pelanggan. Penetrasi ponsel di Asia Pasifik diharapkan menjadi basis kontributor utama terhadap pertumbuhan pengguna peranti mobile global yang diperkirakan akan melampaui angka 2 miliar dolar AS pada akhir 2005.

Pada tahun 2010, Nokia memperkirakan pengguna ponsel akan mencapai jumlah 3 miliar, meningkat pesat dibanding tahun 2004 yang mencapai 1,7 miliar. Dari angka tersebut, hampir setengahnya diharapkan akan muncul dari Asia Pasifik, termasuk Cina.

Dalam WCDMA, saat ini sudah ada 11 jaringan 3G yang sudah komersial di Asia Pasifik. Tampak jelas bahwa Jepang dan Korea yang menjadi pasar ponsel utama di kawasan ini sedang mengemban tampuk kepemimpinan 3G. Pasar lain seperti Singapura, Australia, dan Malaysia juga menunjukkan potensi pengembangan 3G yang signifikan.

Pada medan CDMA, Asia Pasifik saat ini merupakan kawasan pertumbuhan nomor dua terbesar setelah Amerika Latin dan enam operator CDMA terbesar di dunia berasal dari Asia Pasifik. Nokia memperkirakan bahwa kawasan ini akan menguasai sepertiga dari seluruh handset CDMA dunia pada akhir 2005.

Pasar kunci CDMA Nokia yang berada di India, Cina, Indonesia, Australia, dan Selandia Baru telah tumbuh secara signifikan sepanjang dua tahun lalu. Dan Nokia sekarang memimpin pasar CDMA di Indonesia, Australia, dan Selandia Baru.

***

Petikan di atas adalah pidato Urpo Karjalainen, Senior Vice President, Nokia Customer & Market Operations, Asia Pasific Area. Pidato ini disampaikan pada forum Nokia Connection 2005: Live Connected yang berlangsung 13-14 Juni di Singapura, paralel dengan ajang pameran dagang CommunicAsia.

Event CommunicaAsia dan Nokia Connection ini, diperkuat dengan statement Nokia tersebut, menunjukkan bahwa kita di Indonesia masuk di dalam pusaran arus deras industri ponsel dunia. Jika ekonomi kita bagus, dan kita punya daya beli yang tinggi, alangkah indahnya keterhubungan dan seliweran informasi seperti ini. Yang kita harap adalah arus deras komunikasi ini justru bisa mengangkat ekonomi kita ke level yang lebih baik.

(Majalah Sinyal edisi 10/I, Juli 2005)